Selasa, 24 Agustus 2010

Malaysia "Mencubit" Kedaulatan NKRI


Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai


Inilah sepengal syair lagu “Tanah Air” ciptaan Ibu Sud, walaupun aransemen lagu ini sendu mendayu namun makna yang terkandung di dalamnya penuh dengan rasa nasionalisme dan jiwa patriotisme yang luar biasa. Apalagi jika berkumandangnya pada bulan Agustus, maka semakin menambah rasa sacral lagu tersebut.

17 Agustus 2010 disaat negeri ini sedang bersuka cita merayakan HUT Kemerdekaan yang ke 65, selayaknya masyarakat yang hidup sebagai kelompok sosial maka akan turut merasakan kegembiraan tersebut atau setidaknya ber-impati terhadap perayaan tersebut sebagai negara tetangga bahkan dengan label tambahan negara serumpun. Namun apa seperti yang terjadi ??? Beberapa hari sebelum detik-detik proklamasi kita dikejutkan dengan berita penangkapan 3 pegawai DKP yang sedang mengiring 7 awak nelayan Malaysia yang tertangkap sedang mencuri ikan di perairan Indonesia. Bahkan menurut berita versi tv Indonesia dalam penangkapan 3 orang pegawai DKP tersebut disertai dengan tembakan peringatan.

Beginikah yang disebut dengan negara serumpun ? Apakah ini kejadian pertama kali ? Bagaimana sikap pemerintah kita ? Bagaimana dengan sikap kita sebagai rakyat ? Terlalu banyak pertanyaan yang bisa kita lontarkan dan semuanya membutuhkan jawaban ….

Wahai tetanggaku yang konon disebut juga serumpun kami, kenapa sich ke”usilan”mu sering kau lakukan kepada negeri kami ? apakah ini perwujudan dari rasa dendam di masa lalu yang mana kami hampir saja menganyang mu ? Hingga tak henti-hentinya kau menggoda kami, coba memancing emosi kami ? Ada apa sih dibalik semua ini ? Adakah sekenario besar yang sedang kau rancang ? atau sekarang kamu sedang melaksanakan tahapan-tahapan awal dari suatu rencana yang sedang dipersiapkan ??

Wahai pemimpin bangsaku, wakil-wakil ku di DPR, pemerintahku ……….. berikan kami contoh untuk terus menumbuhkan rasa kecintaan pada bangsa dan negara ini, berikan kami tauladan untuk tetap berjiwa nasionalis dan patriotisme sejati, walaupun banyak hal yang telah kalian lakukan dengan cara-cara yang seharusnya memang dilakukan tapi jika diplomasi damai dan penyelesaian dengan musyawarah dan mufakat hanya sebagai solusi sesaat bagi tetangga serumpun kita dan pada akhirnya mereka kembali “iseng” dan “mengoda” kita ? apa harus diplomasi lagi yang harus kita lakukan ??? Dimana letak harkat dan martabat Bangsa Indonesia ? Bagaimana harga diri sebagai negara yang berdaulat ?? Rasanya sekali-kali kita harus berani bertindak sekedar memberikan pelajaran pada tetangga serumpun kita itu.

Diplomasi damai tidak hanya dengan cara negosiasi dengan mengirim tim ke tetangga serumpun (Toh hasilnya semakin menghancurkan harga diri bangsa, coba kita renungkan sesaat ; 3 orang pegawai negeri resmi Dinas Kelautan & Perikanan di barter dengan 7 orang maling yang berasal dari tetangga serumpun, apa ini fair ???) kenapa kita mengambil cara diplomasi yang lain ? Jika perang bukan solusi yang tepat kenapa kita tidak memboikot produk tetangga serumpun kita atau putuskan hubungan diplomatic dengan tetangga serumpun kita itu ….

Bagaimana dengan TKI kita yang berjumlah ribuan bahkan jutaan itu ? Ah …… mereka sebagian besar hanya pekerja biasa bukan pekerjaan profesional saja koq ...... repot ? Mereka sebagian besar adalah PRT dan pekerja kasar baik di pabrik, perkebunan maupun buruh bangunan dan hanya sebagian kecil yang bekerja di tempat-tempat elite …. Jadi …rasanya itu bukan masalah besar bagi kita tapi justru sebaliknya masalah besar bagi tetangga serumpun kita jika TKI di tarik pulang selanjutnya didistribusikan ke negara lain. Memang teorinya gampang tapi sulit dalam hal realisasinya …. Namun hal ini jauh lebih membanggakan jika dilakukan daripada kita terus menerus “digoda” dengan berbagai cara, di”isengi” setiap saat yang pada akhirnya bisa membuat darah rakyat mendidih …… dan jika darah mendidih itu sudah terakumulasi terlalu banyak dan tidak tertampung maka yang terjadi adalah rakyat mengambil langkah dan kebijakannya sendiri.

Tak akan mengherankan jika ada pergerakan mendaftarkan diri sebagai pasukan sukarela menggempur Malaysia, Bukan suatu hal yang aneh jika produk-produk Malaysia akan diboikot atau bahkan dihamburkan di jalanan untuk di injak-injak ? Jika kedaulatan rakyat sudah dicederai dengan sikap dan langkah-langkah yang ditempuh pemerintah. Martin Natalegawa (Menlu) menyatakan “Bahwa 3 orang pegawai DKP dan 7 orang nelayan Malaysia itu tidak di barter, tapi memang persoalan berbeda ?” Bukan dalam satu track persoalan, artinya pembebasan 3 orang pegawai DKP murni dari kerja keras tim negosiator yang dikirim ke Malaysia, sedangkan pembebasan 7 orang nelayan itu lantaran tidak cukup bukti untuk dituntut ke pengadilan. Aneh bukan ???

Kadang dalam keadaan seperti ini, rindu rasanya punya pemimpin bangsa yang mempunyai jiwa ksatria namun intelektual, bijaksana dan lemah lembut tapi bertindak tegas dan keras laksanakan karang. Hingga kami menjadi semakin bangga menjadi orang Indonesia, ataupun bisa membusungkan dada jika bersua dengan tetangga di sekitar kita.

Rasanya mulai saat ini tidak pantas rasanya jika kita masih menganggap tetangga kita itu sebagai negara serumpun …… Tak ada kebanggaannya sama sekali menjadi negara serumpun dengan mereka. Saatnya kita bersikap tegas dan memberikan pelajaran atas sikap mereka selama ini terhadap kita. Semut kecil pun akan menggigit jika di injak  apalagi kita yang macan asia tenggara …..

Selasa, 13 Juli 2010

Selamat Datang


Selamat datang di blog ZhoeGenk Studio dan selamat bergabung dengan kami. Blog ini saya buat untuk membuka ruang bagi semua teman-teman untuk saling berbagi dan berdiskusi tentang hal - hal yang positif dan tidak menyinggung SARA.

Saya sungguh minta maaf atas banyak kekurangan dalam blog ini, sungguh saya sangat berterima kasih jika kawan-kawan sudi membantu saya dalam pembenahan blog ini agar jauh lebih nyaman dipandang dan informatif dalam content.